Skip to main content

Reclaim Your Heart

Jumat, 2 Maret 2018, jam 10.30 saya berangkat dari Frankfurt Mühlberg dengan menggunakan S8 ke Mainz Haupbahnhof. Siang itu dari Mühlberg terasa sepi penumpangnya. Namun setelah sampai di Hauptwache, S8 dipenuhi penumpang. Dua kursi di tempat duduk di depanku ditempati seorang gadis berkerudung ungu. Satu tempat duduk disampingnya dipakai untuk menaruh tas dan jacketnya. Ia lalu mengambil Handy dan menuliskan sesuatu di kotak pesan dengan begitu cepat, belum pernah saya melihat gerakan jari seorang yang mengetik SMS seperti perempuan itu. Setengah jam kemudian, ia mengambil sebuah buku dari tasnya dan menempatkan Handy di atas tasnya. Tampak sepintas judul buku itu sangat menarik: Reclaim your Heart. Saya semakin penasaran. Apa yang ditulis di dalam buku itu? Tidak lama kemudian, gadis itu membuka halaman buku itu dan terlihat tulisan tebal sebagai judul: Tawakkul: Holding the Handhold that never Breaks. Kata Tawakkul terdengar tidak asing lagi bagiku. Saya terdiam sebentar dan sendiri bergumam: „syukur juga ya, dulu aku sekolah di SMA Muhammadyah Ende, sehingga aku bisa mengerti kata Tawakkul dengan lebih cepat.“ Dulu aku mengenal kata itu dalam suatu pengertian yang sederhana sebagai penyerahan diri. Sedangkan dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas: Tawakal berasal dari bahasa Arab: توكُل‎‎ yang berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan. Entah alasan apa, imajinasiku diseret begitu cepat ke teriakkan Yesus waktu di atas Salib: Eloi, Eloi, Lama Sabachthani (Mt 27:46) atau lebih terasa dalam bahasa Jerman: Mein Gott, mein Gott, warum hast Du mich verlassen?

 

Saya ingat seorang dosenku dulu dalam kesempatan kuliah tentang Teodice mengatakan begini, dalam hidup ini ada yang namanya „suatu kebetulan yang masuk akal.“ Ungkapannya itu, saya ingat tapi saya masih belum percaya. Lalu ada saudara sepupuku ketika saya mengatakan ke dia tentang suatu keberhasilannya sebagai suatu kebetulan yang masuk akal. Dia membantah keras, „bukan, bukan. Itu rahmat“, katanya. Kalau orang tinggal di Jerman, mungkin orang lebih percaya ceritaku di atas adalah suatu kebetulan yang masuk akal. Tapi yang paling penting bagiku adalah itulah kenyataan perjumpaanku dengan gadis berjilbab ungu pada hari Jumat yang lalu. Sekarang saya percaya dua-duanya. Atau lebih baik Tawakkul, menyerah. Inilah yang penting. Mengapa? Dunia saat ini dihuni oleh sekian banyak manusia yang hanya berusaha mempertahankan kebenaran yang cuma dilihat dari satu sisi, bahkan tidak mau mengakui kebenaran yang ada di dalam „yang lain.“ Gereja sudah punya sikap yang jelas sekali berkaitan dengan hal ini. Dokumen Konsili Vatikan II tentang penjelasan Hubungan Gereja terhadap Agama-agama bukan Kristen, menulis seperti ini: „Die katholische Kirche lehnt nichts von alledem ab, was in diesen Religionen wahr und heilig ist.“ - Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-agama ini. (Nostra aetate, Nr. 2). Atas pendasaran inilah, saya melihat positip kata Tawakkul. Bahkan akan sangat menarik kalau dilihat hubungan antara Reclaim your Heart dan TawakkulHolding the Handhold that never Breaks. Bawalah kembali hatimu. Menyerahkan diri kepada Allah: Memegang tanganmu dalam gengaman yang tak pernah lepas.

 

Bawalah kembali hatimu! Bagiku pengalamanku waktu itu adalah saat indah dalam sejarah panggilaanku. Hari Jumat itu saya harus kembalikan 8 buku ke Perpustakaan Sankt Georgen dan harus membayar 24 € sebagai denda karena terlambat mengembalikan buku pinjaman. Saya tidak pernah menyesal karena harus membayar 24 €, tapi ada hal yang sungguh saya sesali adalah mengapa bukan umatku atau orang yang sudah aku kenal yang mengatakan Reclaim your Heart!, tetapi justru gadis berjilbab ungu yang tidak saya kenal. Tentu itu caranya yang terbaik. Ia mengatakan kepada saya dalam suatu keheningan, tanpa suara. Tudung ungu gadis itu mungkin memberi pesan tobat untuk diriku dan mungkin juga untuk siapa saja. Demikian juga, tulisan ini adalah suara dari keheningan gadis tak dikenal untuk kita: Bawalah kembali hatimu. Pantas kalau ada yang bertanya, mau bawa ke mana hati ini? Mungkin Tawakkul adalah jawabannya. Kita bawa hati untuk pasrah kepada Allah, karena Dia akan memegang tangan kita dalam genggaman yang tidak pernah lepas. Mungkin itu alasannya, mengapa Yesus menyerukan: Allahku, ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Itulah Tawakkul Yesus agar semua yang mendengarnya bisa sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada Allah atau mulailah dengan langkah kecil ini, „Reclaim your Heart!