Skip to main navigation Skip to main content Skip to page footer

Dari Go Viral ke Go Güte

Belakangan ini kata „Viral“ muncul ke publik dan telah menjadi kata yang populer. Kata Viral ini disebutkan dalam media massa seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan yang lainnya lagi. Kata Viral laku keras di dunia media massa. Bahkan kata ini bisa menghipnotis manusia. Daya kritis manusia rasional sepertinya lumpuh seketika ketika setan Viral disambut dengan satu sentuhan halus di atas layar Touch. Banyak manusia jaman ini mengerti viral mungkin sebagai kata yang keren, elegant. Karena itu, anak jaman now suka pakai kata viral. Kata Viral sering dipakai dalam bentuk imperatif: Viralkan! Bentuk Imperativ ini membuat orang patut saja tanpa mempertimbangkan lagi Aspek seperti Etika, Moral, filosofi hidup, dampak sosial lainnya. Sebuah arus degradasi nilai-nilai secara masal sedang terjadi saat ini. Viral sudah dipakai tidak hanya sebagai satu kata asing, tetapi juga sudah diubah sekejap mata manusia dengan logika dangkal sebagai satu fasilitas untuk mempopulerkan Narsismus. Asal mula kata "Viral" lebih dimengerti sebagai „Virus“. Sifat mendasar Virus adalah merusak memori dan system lainnya dalam dunia komputer dan internet.

 

Viral meniup dengan keras hawa keberanian untuk mengeksplorasi batin sendiri, bahkan hingga manusia tertidur lelah dalam buaian kemalasannya sendiri. Kerabat karib sang Viral adalah copy-paste. Manusia tidak terbiasa lagi dengan mengolah batinnya sendiri, tidak terbiasa dengan mengolah pengalamannya sendiri, bahkan lebih memprihatinkan lagi tidak terbiasa membaca tetapi rajin menyebarkan apa yang tidak dibacanya atau tidak dimengertinya. Mentalitas manusia telah dirusakkan dengan gampang oleh pesona virus Viral. Virus ini menyingkirkan proses internalisasi dan menggantikannya dengan degradasi nilai-nilai yang masiv. Ada begitu banyak orang yang tidak lagi memperhatikan isi dan pesan dari sebuah SMS ataupun video. Rekayasa media saat ini sudah mencapai puncak kejayaannya. Demikian pun Viral telah berhasil meretas sandi rahasia pintu-pintu rumah kehidupan yang dibangun dengan dasar spiritualitas dan Sabda Tuhan. Bahkan lebih mengerikan lagi pintu Clausura Biara-biara tua telah ikut terbongkar. Go Viral memang lebih menarik terdengar daripada Go Clausura. Go Viral dewasa ini menjadi semacam produk baru teknologie abad 21 berkarakter multifungsi. Target produk Go Viral adalah mengubah psikis manusia. Produk ini termurah tetapi paling bahaya, jika tanpa etika, moral, dogma dan spiritualitas. Tetapi juga sebaliknya Go Viral akan menjadi fasilitas paling efektiv untuk suatu dunia yang lebih baik, jika manusia tetap berakar pada agama. Rasul Paulus misalnya dalam surat kepada umatnya di Efesus menegaskan ini: „Jangan sampai ada orang yang memegahkan diri. Sebab, sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalam-Nya“. [Ef 2, 9-10]. Barangkali ini adalah dasar Etika yang mau disampaikan Paulus. Orang boleh Go Viral namun mesti tahu apakah ini adalah perbuatan baik. Di sinilah tanggung jawab pribadi untuk menjadi kritis terhadap segala hal di tengah dunia Viral ini menjadi begitu penting. Tidak hanya Paulus dalam konteks Viral ini bisa menjadi dasar rujukan refleksi, tetapi lebih kontras lagi ditemukan dalam diri Maria ibu Yesus. Maria dikenal sebagai ibu yang sabar dan tenang. Demikian Lukas mencatat: “... Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.“ [Lk 2, 19]. Inilah spiritualitas dasar di tengah era Go Viral ini. Manusia mestinya belajar menyimpan perkara hidup ini di dalam hati dan merenungkannya. Apa yang terjadi saat ini? Manusia jaman ini terlihat seperti tidak punya hati lagi atau mungkin lebih tepat hati manusia jaman ini tidak punya ruang lagi untuk menyimpan segala perkara hidupnya. Perkara hidup pribadi sekarang ini telah menjadi begitu mudah dilempar ke ruang publik dan sekejap menjadi konsumsi bersama. Tirai privatisasi telah tercabik oleh badai Viral hingga melebur jadi transparansi tanpa dinding yang logis dan etis. Go Viral bisa menjadi lonceng kematian subjektivitas. Go Viral mirip seperti gelombang di pesisir pantai yang tidak pernah berhenti menghempas sampah-sampah ke tepian universalitas. Semua melebur jadi satu-sampah. Sampah yang tidak bisa teridentifikasi lagi karena terlalu banyak hal yang di copy dan dibagikan tanpa refleksi dan menyebar ke seluruh dunia tanpa putus-putus. Kejenuhan sudah mulai muncul, memori mulai penuh. Apa yang terjadi selanjutnya? Go Müll. Orang membuang secara masal apa yang tersimpan secara otomatis. Inilah dampak dari kejenuhan psikologis manusia jaman ini. Pada puncak kejenuhannya, orang bisa membuang semua hal meskipun ada banyak hal yang baik. Tentu pertanyaan penting saat ini adalah kemampuan apa yang penting atau harus kita miliki dalam konteks dunia seperti sekarang ini? Barangkali seruan profetis Paulus kepada jemaat di Roma dapat menjadi sumbangan positip dan relevan bagi dunia saat ini: „Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.“[Rom 12, 2].

 

Gagasan pembaruan budi Paulus terhubungan secara bersama dengan satu bentuk imperatif yang mempertegas identitas kekristenan. „Janganlah kamu menjadi sama dengan dunia ini!.“ Bentuk imperatif dari kalimat ini mengingatkan manusia saat ini agar waspada terhadap krisis identitas. Krisis identitas ditandai dengan melemahnya kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri di satu sisi, dan orang menjadi begitu mudah meleburkan diri ke dalam arus global tanpa seleksi dan evaluasi di sisi yang lainnya. Menarik untuk dikaji lebih dalam lagi ketika Go Viral dihubungkan dengan kebebasan manusia. Sebuah Ensiklik dari Paus Leo XIII, „DE LIBERTATE HUMANA“- atau Kebebasan manusia, menegaskan bahwa ‘apa pun yang baik dalam kebebasan, itu setua kebenaran itu sendiri, dan bahwa Gereja selalu bersedia menyetujui dan mempraktikkan kebaikan itu.’ Oleh karena itu, hal penting yang perlu diperjuangkan adalah Go Güte.